A.
Pengenalan Efek Rumah Kaca
Efek rumah
kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah
proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit
beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah
kaca.
Efek rumah
kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang
terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi
akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini
diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun
ada beberapa perbedaan pendapat.
Ketika
radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi
radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34%
dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23%
menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis.
Malam hari
permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi
bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk
radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan
bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer
menyerap energi panas pantulan dari bumi.
Dalam
skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca.
Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan
dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan
tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat
walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah
kaca atau ”green house effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca
disebut gas rumah kaca atau ”green house gases”.
B.
Pengaruh Rumah Kaca
Pengaruh
rumah kaca terbentuk dari interaksi antara atmosfer yang jumlahnya meningkat
dengan radiasi solar. Meskipun sinar
matahari terdiri atas bermacam-macam panjang gelombang,
kebanyakan radiasi yang mencapai
permukaan bumi terletak pada kisaran sinar tampak. Hal ini disebabkan ozon yang
terdapat secara normal di atmosfer bagian atas, menyaring sebagian besar sinar
ultraviolet. Uap air atmosfer dan gas metana dari pembusukan – mengabsorpsikan
sebagian
besar inframerah yang dapat
dirasakan pada kulit kita sebagai panas. Kira-kira sepertiga dari sinar yang
mencapai permukaan bumi akan direfleksikan kembali ke atmosfer.
Sebagian
besar sisanya akan diabsorpsikan oleh benda-benda lainnya. Sinar yang
diabsorpsikan tersebut akan diradiasikan kembali dalam bentuk radiasi
inframerah dengan gelombang panjang atau panas jika bumi menjadi dingin. Sinar
dengan panjang gelombang lebih tinggi tersebut akan diabsorpsikan oleh karbon
dioksida atmosfer dan membebaskan panas sehingga suhu atmosfer akan meningkat.
Karbon dioksida berfungsi sebagai filter satu arah, tetapi menghambat sinar
dengan panjang gelombang lebih untuk melaluinya dari arah yang berlawanan.
Aktivitas filter dari karbon dioksida mengakibatkan suhu atmosfer dan bumi akan
meningkat. Keadaan inilah yang disebut pengaruh rumah kaca. Pengaruh karbon
dioksida yang dihasilkan dari pencemaran udara berbentuk gas yang salah satunya
adalah dari rumah kaca. Karbon dioksida mempunyai sifat menyerap sinar (panas)
matahari yaitu sinar inframerah – sehingga temperatur udara menjadi lebih
tinggi karenanya. Apabila kadar yang lebih ini merata di seluruh permukaan
bumi, temperatur udara rata-rata di seluruh permukaan bumi akan sedikit naik,
dan ini dapat mengakibatkan meleburnya es dan salju di kutub dan di puncak-
puncak pegunungan, sehingga permukaan air laut naik
C.
Mekanisme Terjadinya
Proses
terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari.
Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke
angkasa dan diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan
gas-gas lain di atmosfer. Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan.
Pada malam hari tanah dan badan air itu relatif lebih hangat daripada udara di
atasnya. Energi yang terserap diradiasikan kembali ke atmosfer sebagai radiasi
inframerah, gelombang panjang atau radiasi energi panas. Sebagian besar radiasi
inframerah ini akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer.
Hanya sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya adalah
bahwa permukaan bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida,
dan semacamnya. Efek penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca.
Sedangkan
proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus kaca
sebagai gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman yang
ada di dalam rumah kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di
radiasikan kembali namun dengan panjang gelombang yang panjang(panjang
geklombang berbanding dengan energi) sehingga sinar radiasi tersebut tidak
dapat menembus kaca. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu yang di luar rumah kaca.
D.
Dampak Rumah Kaca
Meningkatnya
suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat
ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem
lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di
atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah
kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga
akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan
terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan
mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut
perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila
kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan
menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030.
Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak
gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini
akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Efek rumah
kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas
lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya
yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorpsinya.
Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel
lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diabsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi.
Energi
yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan
dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi
tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan
bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah
kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas
CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2),
nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa
organik seperti gas metana CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas
tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
D.1. PENGARUH EFEK RUMAH KACA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN
Iklim dan
cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman
pangan. Sistem produksi pertanian dunia saat ini mendasarkan pada kebutuhan
akan tanaman setahun, kecuali beberapa tanaman seperti pisang, kelapa,
buah-buahan, anggur, kacang-kacangan, beberapa sayuran seperti asparagus,
rhubarb, dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut dikembangbiakan dalam kondisi
pertanaman tertentu.
Produktifitas
pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan drastis
cuaca, lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata.
Tanaman dan ternak sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara
dan drastis. Perbedaan cuaca antar tahun lebih berpengaruh dibanding dengan
perubahan iklim yang diproyeksikan. Dan tak terdapat bukti bahwa perubahan iklim
akan mempengaruhi perubahan cuaca tahunan.
Petani
selalu berhadapan dengan perubahan iklim. Besaran perbedaan antar tahun telah
melampaui prakiraan perubahan iklim. Fluktuasi iklim tahunan, dalam beberapa
urutan besaran lebih tinggi dibanding dengan besar prediksi perubahan
pelan-pelan iklim yang diajukan para ahli ekologi. Hal ini digambarkan pada
Musim panas daerah pertanian Jagung Amerika serikat, antara tahun 1988 (kering
dan panas) dan 1992 (basah dan dingin). Suhu selama Juli dan Agustus berbeda 80F
dalam dua tahun dibeberapa negara bagian. Hal paling kritis yang belum
diketahui adalah pola frekuensi kemarau. Kemarau terjadi dibeberapa tempat
didunia setiap tahun. Kemarau tahunan juga lumrah terjadi di area pertanian
India, China, Rusia dan beberapa negara Afrika. Makalah ini akan membahas
implikasi dari effek rumah kaca, atau khusunya, perubahan iklim yang
diakibatkan meningkatnya kandungan CO2 atmosfir dan gas rumah kaca lainnya
terhadap produktifitas tanaman pangan. Juga
mempertimbangkan efek langsung maupun biologis dari peningkatan kadar CO2 tersebut. Dan
interaksi Biologi dan Iklim terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pangan.
D.2.
Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman
Variabel
menonjol yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 adalah
bumi yang memanas. Berdasarkan pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan
akan lebih rendah dibanding permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan
komputer. Berdasarkan permodelan komputer, muka bumi rata-rata akan memanas
sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2 meningkat duakali. Secara keseluruhan iklim
akan memanas 3 kali 1,5OC pada akhir abad nanti, dan pemanasaan terbesar
terjadi dikutub, dan lebih rendah dikhatulistiwa.
Kedua,
kenaikan suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap pola hujan.
Untuk kebanyakan tanaman pangan dan serat dan beberapa spesies lain perubahan
dalam ketersediaan air memiliki akibat yang lebih besar dibanding kenaikan
suhu. Permodelan iklim secara regional telah dimodelkan dalam tingkat yang
lebih kurang meyakinkan dibanding model untuk iklim global.
Perubahan
yang diperkirakan, jika terjadi dalam pola hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang
tinggi akan menguntungkan produksi tanaman pangan beririgasi. Pertambahan areal
pertanian beririgasi di Amerika terjadi di delta misisipi dan dataran utara.
Hal serupa terjadi di India, China dan Rusia bagian selatan. Di USA, area tanam
jagung dan gandum musim dingin akan bergeser ke utara dan akan digantikan
sorgum dan padi-padian.
D.3.
Pengaruh Biologis Langsung: Pertumbuhan Tanaman dalam rumah Kaca
Penelitian
mengenai manfaat pengayaan CO2 dimulai abad lalu. Awal 1888, manfaat pemupukan
dengan CO2 telah dilakukan pada tanaman di dalam rumah kaca di Jerman, dan
beberapa tahun kemudian di Inggris, serta 80 tahun yang lalu di USA. Hasil yang
menguntungkan pertama kali dilaporkan terjadi pada tanaman pangan seperti
letuce, tomat, mentimun, dan kemudian bunga dan tanaman hias.
Banyak
catatan dan pernyataan yang disusun mengenai pertumbuhan tanaman yang berada
dalam lingkungan yang dikontrol dan diberi pengayaan CO2. Wittwer dan Robb
membuat catatan menyeluruh mengenai data-data sebelumnya dan ditambah hasil
penelitiannya sendiri bahwa tanaman tomat mencapai usia dewasa dan hasil
produksi yang menguntungkan dalam rumah kaca yang diperkaya CO2. Sementara
Strain dan Cure menyusun Bibliographi literature mengenai pengayaan CO2 dan
efeknya terhadap lingkungan dan tanaman yang lengkap. Kimball dkk. pada tahun
1983, 1985 dan 1996 mengumpulkan 770 penelitian mengenai hasil tanaman dalam
rumah kaca dengan pengayaan CO2, dan terbukti hasil tanaman tersebut meningkat
32%.
Pada tahun
1982 diselenggarakan Konferensi Internasional yang bertujuan mengidentifikasi
makalah yang terkait dengan pengaruh biologis langsung dari pengaruh
peningkatan CO2 pada produktifitas tanaman, sebagai sesuatu yang tak
terpisahkan dengan efisiensi photositensis, efisiensi penggunaan air,
Penyerapan Nitrogen biologis terkait dengan sumberdaya iklim seperti cahaya,
suhu dan kelembaban. Fokus makalah ini dibuat dengan mengacu kepada tindak
konferensi tersebut. Dokumentasi yang lebih lengkap mengenai efek langsung CO2
terhadap produkstifitas tanaman diterbitkan Departemen Energi USA pada Tahun
1985-1987 secara berseri, makalah Wittwer tahun 1985 dan 1992. Itu semua
dilengkapi oleh materi yang diedit oleh Enoch dan Kimball pada 1968 mengenai
Pengayaan Karbondioksida Pada Tanaman Rumah Kaca meliputi status dan sumber
CO2, physiologi, hasil daan ekonomi. Juga telah dilakukan riset selama 35 tahun
oleh sebuah grup dalam Komisi Tanaman Terlindung pada International Society for
Holticultural Science, yang membuktikan bahwa pengayaan CO2 menambah hasil
sebesar 12-13 %, dibanding pada kadar atmosfir biasa sebesar 335 ppm. Pengaruh
paling mencolok dari pengayaan tersebut adalah efisiensi fotosintesis dan
Penggunaan Air yang lebih efisien.
D.4. Efisiensi Fotosintesis
Hanya
sedikit keraguan bahwa kadar CO2 dalam atmosfir adalah kurang optimal bagi
fototosintesis ketika faktor lain
yang berpengaruh terhadap tanaman (cahaya, air, suhu dan unsur
hara) mencukupi. Fotosintesa Netto
adalah jumlah fotosintesa brutto minus fotorespirasi, dan
fotorespirasi setidaknya memiliki
besaran mengubah 50% karbohidrat hasil fotosintesa kembali
menjadi CO2, dengan peningkatan CO2
fotorespirasi diperkirakan akan menurun. Peningkatan
Biomassa terbukti terjadi ketika
dilakukan pengayaan CO2. Ini tak selalu muncul dari fotosintesa
netto. Kadar CO2 yang tinggi memicu
penggunaan air yang efisian dalam tanaman C4 seperti
jagung. Peningkatan efisiensi air
ini merangsang pertumbuhan tanaman.
Dampak
langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat
fotosintesa daun dan kanopi.
Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2 mendekati 1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman
tumbuh cepat dan lebih besar. Ada perbedaan antara spesies. Spesies C3 lebih
peka terhadap peningkatan kadar CO2 dibanding C4. Terjadi juga pertambahan luas
dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas, percabangan, bibit dan jumlah dan
berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring rasio akar-batang. Rasio C:N
bertambah. Lebih dari itu semua hasil panen meningkat. Terutama pada Kentang,
Ubi Jalar, Kedelai. Dengan meningkatnya kadar CO2 menjadi dua kali sekarang
secara global, hasil pertanian diperkirakan akan meningkat sampai 32% dari
sekarang. Perkiraan sementara saat ini sekitar 5%-10% dari kenaikan produksi
pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2. Manfaat pengayaan CO2 terhadap
pertumbuhan dan produktifitas tanaman saat ini telah dikenal telah dikenal
luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam lingkungan terkontrol secara penuh
atau sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial (padi, Jagung, gandum,
kedelai, kapas, kentang, tomat, ubi jalar, dan beberapa tanaman hutan), yang membuktikannya.
D.
5. Efisiensi Penggunaan Air
Kebutuhan
utama tanaman yang lainnya adalah air, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Air kini telah menjadi permasalahan
penting bagi lima negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia (China,
India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara temur tengah, afrika
utara dan sub sahara. Satu faktor penting yang berpengaruh terhadap produksi
tanaman namun masih merupakan misteri adalah pola musim kering yang terjadi.
Kekeringan adalah hal yang paling ditakuti oleh para petani diberbagai negara
produsen pangan. Kebutuhan akan air menjadi semakin penting dan kritis, di USA,
80–85 % konsumsi air bersih adalah untuk pertanian. Sepertiga persediaan
tanaman pangan sekarang tumbuh padi 18% lahan beririgasi.
Aspek
penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman
untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata
ini penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi
penggunaan air meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari
produktifitas tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa
peningkatan CO2 di atmosfir meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini
adalah penemuan yang penting bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi.
Implikasi dari hal itu bermacam-macam, salah satunya adalah peningkatan daya
tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.
Efek
langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah
meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3
mengurangi membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada
tanaman kedelai. Tanaman dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan
3 cara. Pertama meluasnya ukuran daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis
perunit luas daun, dan terakhir efisiensi penggunaan air.
D.6.
Produksi Tanaman Pangan Beririgasi
Perubahan
yang telah diperkirakan mengenai penguapan dan suhu akibat efek rumah kaca dan
pemanasan global sepertinya akan menguntungkan lahan pertanian beririgasi. Di
USA, luas areal pertanian beririgasi akan meluas sampai dataran utara dan delta
Missisipi, hal ini juga berlaku untuk Cina, India dan negara lain. Dimana
lingkungan lebih lembab dan diperuntukkan untuk tanaman biji- bijian dan
kacang-kacangan. Kecenderungan ini telah terjadi di USA, China, dan India.
Jagung dan Gandum kini bergeser mendekati daerah yang dingin dan lebih lembab.
Produksi Sorgum dan padi- padian akan menggeser posisi areal gandum dan jagung
tersebut. Diharapkan juga, dimasa mendatang model dari atmosfir dan iklim akan
lebih berkembang dan melengakapi dari apa yang sekarang telah dikembangkan,
sehingga sensitivitas tanaman terhadap perubahan iklim lebih dapat diketahui.
D.7.
Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman: Kemampuan Adaptasi terhadap
Suberdaya
Iklim di Bumi
Banyak
tanaman pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi,
ubikayu, ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu
sesuai. Jagung mampu tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan
ketinggian dibumi ini. Areal produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800
km selam lima puluh tahun ini. Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah
tropik sampai lintang 450 LU dan 400 LS. Gandum musim dingin yang lebih
produktif dari gandum musim semi areal tanamnya telah meluas keutara sejauh 360
km. Ditambah dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita miliki perluasan areal
tanam akan semakin mungkin
dan cepat terealisasi.
Diperkirakan
penggandaan kadar CO2 akan meningkatkan produktivitas tanaman di Amerika Utara,
hal serupa juga terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China.Tanaman
hortikultura dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA.
Tanaman seperti Tebu dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan
dimanfaatkannya ulsa dan pelindung plastik. Pemanasan global akan lebih
menguntungkan dibanding dengan kembalinya era es sebagaimana diprediksi
beberapa dekade yang lalu. Terlebih dimana produksi tanaman pangan terpusat di
Lintang 300 LU sampai 500 LS.
` Perubahan
iklim secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini dipublikasikan
adalah hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin
menguntungkan, karena
memungkinkan penanaman tumbuhan
tropis seperti mangga, pepaya, nanas dan pisang , dinegara
bagian selatan USA.
D.8.
Prakiraan Regional: Pola Iklim dan Respons Tanaman
Sejak
1850, kadar CO2 dalam atmosfir telah meningkat sebesar 25 % akibat pembakaran
bahan bakar fosil dan penggundulan hutan tak ada yang menentangnya. Kadar gas
rumah kaca selain CO2 juga telah meningkat melebih prosentase CO2 dan dengan
efek pemanas yang setaraCO2. Namun terdapat kontrovesi mengenai kapan pemanasan
global pertama kali muncul, juga terdapat kontroversi mengenai besaran
perubahan suhu yang terjadi, jika terjadi pada masayang akan datang. Perkiraan
yang ada berkisar antara minus 1,50C sampai 60C. Prakiraan iklim dan cuaca
regional dengan sebaran variabel seperti awan, kelembaban, dan angin lebih
tidak pasti lagi.
Efek
langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap tumbuhan,
sebagaimana dibahas diatas, namun bila terjadi kekeringan sebagaimana ramalan
hasil permodelan iklim yang sekarang, hasil pertanian tak dapat dipastikan.
Namun secara garis besar dampak yang terjadi masih dapat kita kendalikan.
Tindakan dari petani, ilmuwan dan kebijkan pemerintah lebih diperlukan dibandingkan
dengan perubahan pola hidup kita.
Prakiraan
pengaruh CO2 terhadap iklim menimbulkan banyak spekulasi, dan beberapa riset
telah dimulai untuk meneliti dampaknya terhadap hubungan hama dan tanaman dan
strategi perlindungan tanaman. Gulma, Serangga, nematoda dan wabah berdampak
sangat merugikan bagi pertanian. Perubahan Iklim yang mungkin akan berdampak
pada hubungan tumbuhan – hasil panen – hama, dan ekosistem lain. Peningkatan
kandungan karbohidrat dan akumulasi nitrogen akan berpengaruh terhadap pola
makan serangga, ini telah ditunjukan dalam beberapa eksperimen. Pengendalian
hama memasuki era baru, dengan pengintegrasian penanganan hama.
E.
Usaha Mengurangi Efek Rumah Kaca
Banyak hal
gampang yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca yang
menyebabkan pemanasan global. Caranya, kita bisa mematikan lampu dan peralatan
elektronik saat tidak digunakan. Selain hemat energi dan uang untuk bayar
listrik, juga mengurangi polusi karena penggunaan bahan bakar. Rajin-rajin
memanggil tukang servis AC. Carpooling atau berangkat bareng teman atau
keluarga ke sekolah, tempat les, atau mal. Selain mengurangi kemacetan, kita
juga menghemat energi. Saat mencetak tugas, usahakan memakai dua sisi kertas.
Plastik adalah bahan yang sulit untuk diuraikan. Kalau dibakar, plastik akan
menjadi zat racun atau polusi. Pemakaian kantong plastik saat belanja harus
dikurangi. Seluruh plastik itu hanya menjadi sampah. Coba deh pakai tas karton
atau tas kanvas.
A.
Kesimpulan
1.
Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan
suhu bumi – sehingga mempengaruhi iklim secara global.
2.
Namun demikian, efek rumah kaca juga
berdampak positif, seperti tetap berlangsungnya kegiatan pertanian pada musim
dingin oleh orang-orang Eropa.
3.
Efek rumah kaca menimbulkan
dampak-dampak negatif lainnya yang menyebabkan
kerugian pada manusia dan makhluk hidup
lainnya.
4.
Efek langsung dari meningkatnya CO2,
berdampak positif terhadap tumbuhan dan
produksi tanaman. Pengaruh peningkatan CO2
adalah peningkatan tingkat fotosintesa daun dan kanopi. Peningkatan
fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2 mendekati 1000 ppm. Efek langsung
dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah
meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Pada tanaman C4 dan C3 mengurangi
membukanya stomata. Perubahan yang telah diperkirakan mengenai penguapan dan
suhu akibat efek rumah kaca dan pemanasan global akan menguntungkan lahan
pertanian beririgasi, seperti tanaman biji-bijian dan kacang-kacangan.
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip dari situs: ht tp : / / id. wik ip e d ia. o rg /
wik i
Disadur dari situs :
http://nagasundani.blogsome.com/2005/05/09/efek-rumah-kaca-buruk-
jika/trackback/
Disadur dari situs:http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm
Dikutip dari situs: ht tp : / / www. wo rld s ile n td a y
.o rg /
Dikutip dari situs:http://www.gogreenindonesiaku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar