Akhlak
Ibn ‘Arabi
berkata, “ Tidak ada pahala yang dapat diterima seorang manusia karena
prestasi-prestasinya yang sepadan dengan kebahagiaan yang dihadiahkan kepada
siapapun yang menunjukan kasih-sayang pada umat manusia.” Dia juga menuturkan ,
“Allah telah mengamanahkan binatang-binatang kepada manusia untuk dirawat.
Perlakukanlah ia dengan baik. Keika kamu menggunakannya untuk mebawa
barang-barang, jangan terlalu memberatkannya. Ketika menungganginya, jangan kau
duduk di punggungnya dengan pongah.” Menurut Ibn ‘Arabi, esensi moralitas
adalah kasih saying.
Untuk membantu kita agar gigih
memperlakukan orang lain dengan baik, lembut, dan penuh perhatian, Ibn ‘Arabi
menyarankan agar kita peduli dan secara terus menerus mengevaluasi tidak hanya
tindakan-tindakan kita, tetapi juga perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran
kita.
Dia berkata, “Semoga Allah, yang
menatap segala sesuatu, membuka mata batinmu, agar kamu bisa melihat dan mengingat
apa yang kamu lakuakan dan pikirkan, apa yang kamu rasakan dan katakana, dalam
hidupmu sehari-hari. Ingatlah, kamu harus bertanggung jawab atasnya, dan kamu
akan diputuskan karenanya pada hari perhitungan.Jangan tinggalkan perhitunganmu
hingga hari itu. Inilah waktu dan tempat melakukannya. Lihatlah dirimu, teliti
perhitungan-perhitunganmu. Satu-satunya jalan menuju keselamatan adalah pulang
keakhirat dalam keadaan bersih dan jernih dari semua tanggungan. Perhatikanlah
saran Rasulullah, ‘Buatlah perhitunganmu sendiri sebelum ia dibuat untukmu.
Timbang dosa-dosamu sebelum ia ditimbang untukmu.’ Bandingkan
pelanggaran-pelanggaranmu dengan perbuatan baikmu selama kamu masih punya
waktu.
“Selama kamu hidup, kamu bagaikan
seorang pengumpul banyak keuntungan dari karunia Allah yang sampai kepadamu
dari begitu banyak tangan. Apa yang kamu terima bukanlah betul-betul milikmu.
Kamu bagaikan seorang kasir; kamu harus membagi-bagikan apa yang telah kamu
terima, tapi kamu bertanggung jawab untuk perhitungannya. Jika kamu tidak
melakukan hal ini sekarang, tak seorangpun pada hari perhitungan yang akan
datang untuk menolongmu. Kamu akan mendengar suara dari Sang Pembalas Mutlak,
Yang akan mengatakan, ‘Bukankah Aku telah mengirimkan para utusan kepadamu;
bukankah Aku telah menunjukkan jalan yang benar kepadamu? Bukankah Aku telah
memberimu waktu siang dan malam untuk mengikuti perintah-perintah-Ku, untuk
berzikir kepada-Ku dan untuk memuji-Ku? Sekarang (akan dikatakan kepadanya),
“Bacalah catatan milikmu (sendiri); cukuplah dirimu hari ini untuk
menyelesaikan sebuah perhitungan terhadapmu (Bani Isra’il [17]: 14).
“Jika kamu menunggu hingga saat-saat
terakhir, kamu tidak akan menerima kebaikan apapun dari penyesalanmu. Jika kamu
tidak bisa melihat apa yang sedang kamu kerjakan, ketahuilah bahwa tirai-tirai
yang menyelubungi mata hatimu adalah tebal, dan kamu ditolak dari pintu rahmat
Allah. Pergilah dan bersimpuh didepan gerbang pintu itu, cucurkan air mata
penyesalan dan mintalah untuk masuk.
“Ada tiga bahaya yang bisa menahanmu
dari memeriksa dirimu. Pertama, ketaksadaran. Berikutnya lamunan kenikmatan
akibat tipu daya hawa nafsumu. Ketiga, menjadi seorang budak
kebiasaan-kebiasanmu.”
Ibn ‘Arabi mempraktikan perenungan
terus menerus terhadap kehidupannya sehari-hari. Dia menyebutkan bahwa salah
seorang gurunya menuliskan setiap hal yang dia lakukan dan katakana selama
bagian hari itu diatas sehelai kertas. Ketika maalm, dia membuat perhitungan
terhadap kata-kata dan tindakan-tindakan hari itu. Jika telah melakukan
kesalahan, dia akan bertaubat; jika telah melakukan hal yang benar dia akan
memanjatkan syukur kepada Allah. Ibn ‘Arabi sendiri tidak hanya mencatat apa
yang dilakukan dan dikatakan, tetapi juga pemikiran-pemikiran dan
perasaan-perasaannya.
Dia berkata, “Dalam keadaan apapun,
kenalilah dirimu, bahkan sekalipun kamu lebih baik daripada siapapun yang lain,
mohonlah kepada Allah dan bekerjalah untuk keadaan yang lebih baik. Dalam
segala hal yang kamu kerjakan, jangan pernah melupakan Allah.”
Menurut Ibn ‘Arabi, perenungan dan
meditasi adalah cara melindungi dirikita dari sefagala kejahatan. Lagi pula,
keduanya bisa menanamkan kesabaran tehadap berbagai kesengsaraan.
Dia percaya akan nilai keseluruhan
manusia, dan saling memengaruhi antar mereka dengan sebaik-baiknya tujuan. Dia
menuturkan, “Perlakukanlah setiap orang secara sama, apakah mereka raja atau
fakir-miskin, tua atau muda. Ketahuilah bahwa umat manusia adalah satu tubuh,
dan individu-individu adalah para anggotanya. Sebuah tubuh bukanlah sebuah keseluruhan
tanpa bagian-bagiannya. Hak para ilmuan adalh hormat, hak orang bodoh adalah
saran, hak orang lengah adalah disadarkan, hak anak-anak adalah kasih sayang
dan cinta.
“Perlakukanlah dengan baik mereka
yang menjadi tanggung jawabmu; istri atau suamimu, anak-anakmu orang-orang yang
bekerja untukmu, binatang-binatang dalam piaraanmu, tanaman-tanaman dikebunmu.
Allah telah mengaruniai semua itu kepadamu untuk mengujimu. Rasulullah
bersabda, ‘Seluruh makhluk adalah tanggung jawab Allah. Allah telah meninggalkan
sedikit tanggung jawab-Nya pada kedua tanganmu. Tunjukan cinta, kasih saying,
kelembutan, kedermawanan, dan perlindungan kepada mereka yang tergantung
kepadamu, dan sebetulnya pada setiap orang.’
“Ajari anak-anakmu tingkah laku yang
baik dengan kata-kata Allah dalam Kitab Suci-Nya. Pastikan bagi mereka
keadaan-keadaan dimana mereka bisa melaksanakan apa yang telah kamu ajarkan.
Sejak dini, ajari mereka menanggung kesulitan, bersabar, dan penuh perhatian.
Jangan letakan cinta dunia dalam hati mereka. Ajari mereka untuk tidak menyukai
apapun yang akan membuat mereka ponggah dari dunia ini; baju-baju gemerlap,
kelezatan, kemewahan, dampak-dampak bururk ambisi. Sebab, semua ini akan
mengikis kebaikan yang merupakan hak mereka di akhirat. Biarlah mereka tidak
terbiasa dengan sesuatu yang bagus-tapi waspadalah bahwa hal ini, yang bisa
tampak keras, hendaknya tidak membuatmu berwatak pelit terhadp anak-anakmu.
“Dalam semua kebaikan yang kamu
lakukan, janagan mengharapkan balas jasa atau rasa terima kasih. Ketika
seseorang membuatmu sedih, jangan
membalas dengan membuat mereka sedih. Allah memandang tanggapan seperti
itu sebagai dosa, dan Dia memuji orang yang membalas mereka yang telah
menyakiti hantinya dengan kebaikan.
“Perhatikanlah perintah Allah dan
takutlah kepada keadilan-Nya dalam hal apapun yang kamu lakukan, dalam apapun
yang kamu katakan. Dia Sang Maha Melihat, Sang Mahatau,Sang Mahahadir. Esensi
agama adalah mengetahui bahwa sekalipun kamu tidak melihat-Nya, Dia melihatmu.
Perintah-perintah Allah hanyalah didengar dan dipatuhi oleh orang yang cinta
dan takwa kepada-Nya.Sekian dan terimakasih... semoga bermanfaat...
http://hanysundara88.blogspot.com/