Minggu, 27 April 2014

AKHLAK



Akhlak
Ibn ‘Arabi berkata, “ Tidak ada pahala yang dapat diterima seorang manusia karena prestasi-prestasinya yang sepadan dengan kebahagiaan yang dihadiahkan kepada siapapun yang menunjukan kasih-sayang pada umat manusia.” Dia juga menuturkan , “Allah telah mengamanahkan binatang-binatang kepada manusia untuk dirawat. Perlakukanlah ia dengan baik. Keika kamu menggunakannya untuk mebawa barang-barang, jangan terlalu memberatkannya. Ketika menungganginya, jangan kau duduk di punggungnya dengan pongah.” Menurut Ibn ‘Arabi, esensi moralitas adalah kasih saying.
            Untuk membantu kita agar gigih memperlakukan orang lain dengan baik, lembut, dan penuh perhatian, Ibn ‘Arabi menyarankan agar kita peduli dan secara terus menerus mengevaluasi tidak hanya tindakan-tindakan kita, tetapi juga perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran kita.
            Dia berkata, “Semoga Allah, yang menatap segala sesuatu, membuka mata batinmu, agar kamu bisa melihat dan mengingat apa yang kamu lakuakan dan pikirkan, apa yang kamu rasakan dan katakana, dalam hidupmu sehari-hari. Ingatlah, kamu harus bertanggung jawab atasnya, dan kamu akan diputuskan karenanya pada hari perhitungan.Jangan tinggalkan perhitunganmu hingga hari itu. Inilah waktu dan tempat melakukannya. Lihatlah dirimu, teliti perhitungan-perhitunganmu. Satu-satunya jalan menuju keselamatan adalah pulang keakhirat dalam keadaan bersih dan jernih dari semua tanggungan. Perhatikanlah saran Rasulullah, ‘Buatlah perhitunganmu sendiri sebelum ia dibuat untukmu. Timbang dosa-dosamu sebelum ia ditimbang untukmu.’ Bandingkan pelanggaran-pelanggaranmu dengan perbuatan baikmu selama kamu masih punya waktu.
            “Selama kamu hidup, kamu bagaikan seorang pengumpul banyak keuntungan dari karunia Allah yang sampai kepadamu dari begitu banyak tangan. Apa yang kamu terima bukanlah betul-betul milikmu. Kamu bagaikan seorang kasir; kamu harus membagi-bagikan apa yang telah kamu terima, tapi kamu bertanggung jawab untuk perhitungannya. Jika kamu tidak melakukan hal ini sekarang, tak seorangpun pada hari perhitungan yang akan datang untuk menolongmu. Kamu akan mendengar suara dari Sang Pembalas Mutlak, Yang akan mengatakan, ‘Bukankah Aku telah mengirimkan para utusan kepadamu; bukankah Aku telah menunjukkan jalan yang benar kepadamu? Bukankah Aku telah memberimu waktu siang dan malam untuk mengikuti perintah-perintah-Ku, untuk berzikir kepada-Ku dan untuk memuji-Ku? Sekarang (akan dikatakan kepadanya), “Bacalah catatan milikmu (sendiri); cukuplah dirimu hari ini untuk menyelesaikan sebuah perhitungan terhadapmu (Bani Isra’il [17]: 14).
            “Jika kamu menunggu hingga saat-saat terakhir, kamu tidak akan menerima kebaikan apapun dari penyesalanmu. Jika kamu tidak bisa melihat apa yang sedang kamu kerjakan, ketahuilah bahwa tirai-tirai yang menyelubungi mata hatimu adalah tebal, dan kamu ditolak dari pintu rahmat Allah. Pergilah dan bersimpuh didepan gerbang pintu itu, cucurkan air mata penyesalan dan mintalah untuk masuk.
            “Ada tiga bahaya yang bisa menahanmu dari memeriksa dirimu. Pertama, ketaksadaran. Berikutnya lamunan kenikmatan akibat tipu daya hawa nafsumu. Ketiga, menjadi seorang budak kebiasaan-kebiasanmu.”
            Ibn ‘Arabi mempraktikan perenungan terus menerus terhadap kehidupannya sehari-hari. Dia menyebutkan bahwa salah seorang gurunya menuliskan setiap hal yang dia lakukan dan katakana selama bagian hari itu diatas sehelai kertas. Ketika maalm, dia membuat perhitungan terhadap kata-kata dan tindakan-tindakan hari itu. Jika telah melakukan kesalahan, dia akan bertaubat; jika telah melakukan hal yang benar dia akan memanjatkan syukur kepada Allah. Ibn ‘Arabi sendiri tidak hanya mencatat apa yang dilakukan dan dikatakan, tetapi juga pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaannya.
            Dia berkata, “Dalam keadaan apapun, kenalilah dirimu, bahkan sekalipun kamu lebih baik daripada siapapun yang lain, mohonlah kepada Allah dan bekerjalah untuk keadaan yang lebih baik. Dalam segala hal yang kamu kerjakan, jangan pernah melupakan Allah.”
            Menurut Ibn ‘Arabi, perenungan dan meditasi adalah cara melindungi dirikita dari sefagala kejahatan. Lagi pula, keduanya bisa menanamkan kesabaran tehadap berbagai kesengsaraan.
            Dia percaya akan nilai keseluruhan manusia, dan saling memengaruhi antar mereka dengan sebaik-baiknya tujuan. Dia menuturkan, “Perlakukanlah setiap orang secara sama, apakah mereka raja atau fakir-miskin, tua atau muda. Ketahuilah bahwa umat manusia adalah satu tubuh, dan individu-individu adalah para anggotanya. Sebuah tubuh bukanlah sebuah keseluruhan tanpa bagian-bagiannya. Hak para ilmuan adalh hormat, hak orang bodoh adalah saran, hak orang lengah adalah disadarkan, hak anak-anak adalah kasih sayang dan cinta.
            “Perlakukanlah dengan baik mereka yang menjadi tanggung jawabmu; istri atau suamimu, anak-anakmu orang-orang yang bekerja untukmu, binatang-binatang dalam piaraanmu, tanaman-tanaman dikebunmu. Allah telah mengaruniai semua itu kepadamu untuk mengujimu. Rasulullah bersabda, ‘Seluruh makhluk adalah tanggung jawab Allah. Allah telah meninggalkan sedikit tanggung jawab-Nya pada kedua tanganmu. Tunjukan cinta, kasih saying, kelembutan, kedermawanan, dan perlindungan kepada mereka yang tergantung kepadamu, dan sebetulnya pada setiap orang.’
            “Ajari anak-anakmu tingkah laku yang baik dengan kata-kata Allah dalam Kitab Suci-Nya. Pastikan bagi mereka keadaan-keadaan dimana mereka bisa melaksanakan apa yang telah kamu ajarkan. Sejak dini, ajari mereka menanggung kesulitan, bersabar, dan penuh perhatian. Jangan letakan cinta dunia dalam hati mereka. Ajari mereka untuk tidak menyukai apapun yang akan membuat mereka ponggah dari dunia ini; baju-baju gemerlap, kelezatan, kemewahan, dampak-dampak bururk ambisi. Sebab, semua ini akan mengikis kebaikan yang merupakan hak mereka di akhirat. Biarlah mereka tidak terbiasa dengan sesuatu yang bagus-tapi waspadalah bahwa hal ini, yang bisa tampak keras, hendaknya tidak membuatmu berwatak pelit terhadp anak-anakmu.
            “Dalam semua kebaikan yang kamu lakukan, janagan mengharapkan balas jasa atau rasa terima kasih. Ketika seseorang membuatmu sedih, jangan  membalas dengan membuat mereka sedih. Allah memandang tanggapan seperti itu sebagai dosa, dan Dia memuji orang yang membalas mereka yang telah menyakiti hantinya dengan kebaikan.
            “Perhatikanlah perintah Allah dan takutlah kepada keadilan-Nya dalam hal apapun yang kamu lakukan, dalam apapun yang kamu katakan. Dia Sang Maha Melihat, Sang Mahatau,Sang Mahahadir. Esensi agama adalah mengetahui bahwa sekalipun kamu tidak melihat-Nya, Dia melihatmu. Perintah-perintah Allah hanyalah didengar dan dipatuhi oleh orang yang cinta dan takwa kepada-Nya.

Sekian dan terimakasih... semoga bermanfaat...  

http://hanysundara88.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar