Selasa, 15 April 2014

IBADAH



Ibadah

Allah berfirman,
Tujuh langit dan bumi, serta semua yang ada di dalamnya, menyatakan keagungan-Nya. Tidak ada satupun melainkan merayakan pujian-Nya, akan tetapi kamu tidak mengerti bagaimana mereka menyatakan pujiannya! ( Bani Israil [17]:44 )
            Bumi telah diamanahi pengetahuan oleh Allah sebagaimana manusia diamanahi pengetahuan. Bumi juga mengenal Pencipta-Nya. Kebenaran ada dalam setiap sesuatu. Jika manusia, dengan sadar, mencermati sekitar dirinya, dia akan menemukannya dengan segera. Allah berfirman,
Pada hari itu [bumi] akan menyatakan gonjang-ganjingnya; karena Tuhannya akan memberikan ilham kepadanya … ( al-Zalzalah [99]: 4-5
Tuhanmu telah mengerjakan kepada lebah … ( al-Nahl [16]: 68 )
            Kemudian diriwayatkan, bahwa Dia tentu telah memberitahu seekor semut yang kemudian menuturkan pada semut yang lain tentang kedatangan Nabi-Nya, Sulaiman, dan pasukannya ( al-Naml [27]: 18 )
Dia menuturkan kepada kita bahwa suatu hari akan datang ketika bumi akan mengatakan tentang semua yang telah terjadi diatasnya. Sesuatu yang kita duga tanpa kehidupan akan menjadi saksi pada hari pengadilan; dengan demikian, mereka mengetahui. Sebongkah batu, sekalipun tampak mati, memiliki serut wajah yang menoleh kepada Penciptanya dan seraut wajah yang menoleh pada manusia. Ia dipenuhi cinta dan takwa kepada Allah, sementara kita berfikir bahwa ia tanpa perasaan, hidup dan berjalan di atas wajah dunia, menyakininya tidak hidup!
Semua makhluk memiliki bahasanya sendiri, tapi tak seorangpun, kecuali mereka yang telinga hatinya terbuka, yang bisa mendengarkannya. Bagaimana bisa bumi yang tersusun dalam lapisan-lapisan bayak unsure- timah, tembaga, perak, dan emas menjadi permata-permata dan berlian-berlian? Benih-benih tumbuh menjadi tanam-tanaman, menjadi ribuan butir biji-bijian dan buah-buahan. Tidak ada yang hilang; segala sesuatu dijaga didalam ingatan alam. Telinga yang seperti telinga Nabi Sulaiman bisa mendengar kata-kata angin, gunung-gunung, dan burung-burung.
Diriwayatkan oleh Anas r.a. sahabat dan putra angkat Nabi saw, bahwa Rasullullah menggenggam beberapa kerikil ditangannya. Isak zikir terdengar dari dari kerikil itu, “Allah, Allah, Allah!” Ketika dia memberikan kerikil-kerikil itu ketangan sahabat tersayangnya, Abu Bakar, batu-batu itu tetap menyebut nama Allah. Tapi, ketika kerikil-kerikil diserahkan ketangan Anas, tidak terdengar lagi suara itu.
Suatu hari Nabi sakit. Malaikat Jibril dating menjenguknya dalam rupa seorang manusia yang tampan dan memberikannya buah-buah anggur dan delima yang bagus. Ketika Nabi sedang memakannya, selaun suara zikir terdengar dari buah-buahan itu. Ketika dia memberikan beberapa buah kepada cucunya. Hasan dan Husayn, buah-buahan itu tetap menyebut nama-nama Allah. Tapi, ketika buah itu diberikan kepada para sahabat yang lain untuk turut mencicipinya, suara itu berhenti.
Pengenalan akan Sang Pencipta ada didalam makhluk. Ini merupakan manifestasi nama Allah “Sang Mahakuasa.”
Semua benda yang dianggap tidak hidup-bumi, air, udara, dan api-terbenam dalam ibadah tanpa henti terhadap Tuhannya. Sebagaimana batu tidak memiliki akal, pikiran, maupun perasaan, sebagaimana ia tanpa emosi atau kehendak, secara alami ia ada dalam suatu keadaan tunduk seutuhnya,
Tanam-tanaman berada dalam keadaan tunduk yang lebih rendah karena ia memiliki kehendak untuk tumbuh, dan dalam usahanya untuk tumbuh, ia melupakan Allah dan kurang dalam ibadah.
Lebih kurang lagi adalah ketundukan binatang, wujud berperasaan. Sekalipun binatang sama sekali tidak memiliki pemikiran dan kehendak, ia memiliki insting, dan itulah yang menghalanginya dari ketundukan utuh dan ibadah dan pengetahuan sempurna terhadap Penciptanya.
Manusia mungkin makhluk paling kurang tunduk kepada Allah dan sangat sedikit ibadah. Pikiran, khayalan, kemewahan, hasrat-hasrat jasmaniah, amarah serta kehendak merupakan kekuatan yang mencengkram dan menahannya dalam kelalaian. Paling baik, dia bisa bermaksud mengetahui Tuhannya melalui akalnya, mencari bukti-bukti keberadaan-Nya, ingin melihat-Nya dengan kedua matanya sendiri, dan menderita dibawah pengaruh kehendak yang diberikan kepadanya.
Hanyalah manusia sempurna yang mengetahui batas-batas pikiran dan mengenal Tuhan. Ini terjadi pada segelintir orang melalui manifesrasi-manifestasi ilahiah pada kesadaran, melalui perenungan terhadap hal-hal yang mengukuhkan keesaan sebagai petunjuk, melalui penyingkapan ilahiah, melalui ilham. Mereka yang sedikit itu melebihi seluruh makhluk dan mencapai tingkatan hamba Allah.


Sekian dan terimakasih... semoga bermanfaat... ^.^
http://hanysundara88.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar